Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara mengatakan pemerintah seharusnya lebih berani mengambil keputusan dalam megurangi Pajak Penjualan Barang Mewah (PpnBM) untuk sedan dan mobil berpenggerak 4x4, paling tidak untuk mencoba melakukan simulasi terlebih dulu.
Perlu disimulasikan, perlu keberanian untuk itu, kata Kukuh di Jakarta, belum lama ini.
Mengapa demikian, Kukuh menjelaskan, akan ada dampak positif jika pemerintah berani untuk mulai mengurangi PpnBM. Misalnya, lebih menggenjot pasar penjualan kendaraan roda empat baik di dalam maupun luar negeri.
Untuk pasar domestik, sebenarnya industri otomotif tanah air terbilang berpotensi menguasai pasar domestik, khususnya di beberapa daerah pelosok tanah air. Bagi dia, masyarakat di pelosok lebih cenderung menggunakan kendaraan komersial dengan penggerak 4x4.
Namun, dengan diterapkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor dikenai PpnBM, mobil 4x4 yang termasuk di dalamnya ikut terkena dampak negatif pada penjualannya.
Mereka perlu mobil yang kuat tapi murah, ya main di Rp110 jutaan tetapi 4x4. Buat bawa hasil pertanian, kaya cabe, bawang dan lainnya, biar harga-harga tidak pada naik, ujarnya.
Tidak hanya mobil dengan penggerak 4x4, PP tersebut juga mengatur mengenai pajak sedan yang kisarannya mencapai 40 persen. kukuh mengaku, heran dengan penetapan pajak tersebut bagi sedan di Indonesia, yang mana pajak yang dikenakan lebih besar ketimbang harga mobil itu sendiri.
Padahal, untuk kendaraan dalam segmen Multi Purpose Vehicle (MPV) di tanah air, dengan kelas menengah ke atas tetap dopatok dengan pajak standar sebesar 10 persen.
Contohnya aja Vios, itu dikenakan 30 persen. Tapi Alpard yang harganya lebih mahal dari Vios hanya kena pajak 10 persen, kata dia.
Kata dia, pihaknya kini masih terus melakukan lobi kepada tiap pemangku kepentingan yang bersangkutan. Dalam waktu paling lambat dua bulan ke depan, Gaikindo akan kembali bertemu dengan pemerintah untuk membahas hasil studi mengenai upaya menurunkan PpnBM.
Tapi formalnya kalau nanti studynya selesai dalam sebulan, dua bulan ini. Baru selesai dua bulan ini, kata dia.
Saat ini pasar ekspor mobil belum dapat dikatakan menguasai pasar Asia bahkan dunia. Padahal, untuk domestik Indonesia sudah memiliki potensi besar dengan banyaknya jumlah penduduk yang berusia produktif sebesar 50 persen. Untuk warga kelas menengah ke atas saja, diketahui Indonesia lebih kurang 110 juta penduduk.
Itulah potensi- potensi pembeli, kata dia.
Kebijakan negara tetangga dalam menerapkan pajak kendaraan, khususnya sedan atau mobil 4x4 memang berbeda dari tanah air. Oleh karena itu membuat banyaknya negara memanfaatkan potensi tersebut untuk mengembangkan produk sedan dan mobil 4x4, misalnya Thailand. Kedua jenis mobil tersebut memang menjadi kebutuhan bagi negara lain yang mengandalkan import kendaraan seperti Australia, dengan pasar 1,2 juta unit pertahun.
Sebagai perbandingan, Thailand mampu mengekspor 800 ribu unit pertahun, sedangkan jumlah ekspor Indonesia hanya 200- 300 ribu unit pertahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar