Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (APTIKOM), Noosc Academy, dan PT Xynexis International mencari bibit-bibit baru untuk menangkal serangan di dunia siber.
Program yang dilabeli Born to Control tercetus setelah melihat temuan ID-SIRTI yang mencatat adanya 25 juta serangan siber di Indonesia sepanjang tahun 2015.
Berkaca pada temuan tersebut, Menkominfo Rudiantara mengaku merasa perlu membuat badan sertifikasi dan menyiapkan tenaga ahli di bidang serangan siber.
"Tahun 2015 per hari ada 75 juta serangan dan kebanyakan malware, hal ini tidak bisa didiamkan. Kita perlu mencegahnya secara teknis dan butuh SDM yang mengerti hal teknis," ungkap Rudiantara disela konferensi media di Jakarta.
Ia melanjutkan program ini kerap dikaitkan dengan kondisi saat ini yang tengah ramai pemberitaan berita hoax.
Alih-alih menjadi buzzer atau peretas, Rudi berharap tenaga kerja muda yang meiliki kemampuan mumpuni di bidan informasi teknologi tertarik mengikuti program ini.
"Sebenarnya orang yang ahli di bidang kemanan siber ada, tapi orangnya itu-itu saja. Kita butuh sebanyak-banyaknya ahli di bidang keamanan siber," imbuhnya.
Penyaringan tenaga siber nantinya membidik 10 ribu peserta dari 10 kota di Jakarta, medan, Palembang, Bandung, Jogja, Denpasar, Malang, Manado, Samarinda, dan Makassar.
Eva Noor, Chairman Program Born to Control memastikan saat ini sudah ada 1.800 pserta yang mendaftar. Nantinya dari target 10 ribu peserta, panitia akan menyeleksi 100 peserta yang berkesempatan mengikuti proses mentoring.
Dari 100 peserta tersebut nantinya akan dipilih 10 terbaik untuk disalurkan ke sejumlah perusahaan atau instansi yang membutuhkan tenaga ahli di bidang keamanan siber.
"Saat ini mahasiswa jurusan TI di Indonesia mencapai 400 ribu orang, untuk bisa masuk ke dunia kerja tidak cukup hanya bisa hacking saja tapi juga perlu adanya penegenalan industri,"ungkap Eva saat ditemui di kesempatan yang sama.
Meski ditargetkan bisa mencetak 100 tenaga ahli siber, namun Eva tidak menampik jika program ini juga mencari sumber daya manusia yang berkualitas.
Selain harus memiliki kemampuan hacking, program ini juga akan memberikan pelatihan terkait kepribadian, standar kerja, dan pengenalan industri. Setelah menyelesaikan program ini, nantinya peserta akan mendapatkan sertifikasi profesi untuk disalurkan ke industri yang membutuhkan tenaga ahli cyber security.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar