Permainan Fidget spinner sedang populer di berbagai kalangan, dari anak kecil hingga orang dewasa. Mainan ini serupa cakram, dengan satu poros. Mainan ini juga dilengkapi dengan dua atau tiga leher atau bearing pada sisinya.
Untuk memainkannya, hanya perlu memegangnya dengan satu tangan di bagian porosnya. Lalu tekan dengan jempol dan jari tengah atau jari manis. Mainan ini sempat eksis saat ditemukan oleh wanita bernama Catherine Hettinger pada 28 Mei 1993 silam.
Sayangnya, idenya itu tak diterima oleh pihak investor bahkan perusahaan mainan ternama. Alhasil ia pun patah semangat dan membiarkan hak patennya kadaluarsa pada 2005 lalu. Kini ia mulai berjuang untuk kembali mendapatkan haknya menjual fidget spinner buatannya pada Juni nanti.
Fidget Spinner diklaim dapat menghilangkan rasa stres serta membantu penggunanya lebih fokus. Hal ini terjadi karena momentum yang dihasilkan fidget spinner ketika berputar dapat memberikan kepuasan sensoris. Selain itu, fidget spinner juga diyakini dapat memberi dampak positif untuk penderita ADHD, autisme, hingga masalah kecemasan. Sayangnya, hal ini belum terbukti secara ilmiah dan masih menjadi perdebatan di kalangan medis.
Saking populernya, mainan ini sampai harus dicekal di beberapa sekolahan. Sebut saja sekolah di Inggris, Malaysia dan Singapura yang sudah merilis peraturan yang melarang murid-murid membawa fidget spinner di kelas. Alasannya, karena para guru menilai suara mainan yang agak bising itu dapat mengganggu aktivitas belajar dan mengajar. Padahal, fidget spinner kan dipercaya bisa meningkatkan konsentrasi para pengguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar