Kelebihan Berat Badan, Pria Australia Tewas Saat Oplas Di Malaysia
Memiliki kelebihan berat badan, membuat seorang pria Australia yang berusia 31 tahun bernama Leigh Aiple rela membayar lebih dari Rp 350 juta untuk operasi plastik di klinik Beverly Wilshire di Kuala Lumpur. Namun, kurang dari 24 jam setelah pulang kembali ke Melbourne, Leigh meninggal dunia.
Atas permintaan ibunya, Grace Westworth, sudah dilakukan penyelidikan soal perawatan yang diterima Leigh selama berada di Malaysia. Seorang koroner dari negara bagian Victoria menemukan standar perawatannya jauh dengan Australia, seperti dilansir dari Daily Mail.
Gorgeous Getaways sebuah agen perjalanan medis berpusat di Selandia Baru mengiklankan klinik Malaysia tersebut sebagai "pusat medis bergaya butik" dengan "para ahli yang sangat terampil". Leigh pun tergiur dan melakukan sedot lemak di perutnya, mengangkat kelopak mata bagian atas, mengencangkan paha, membentuk dada, dan mengisi bibirnya, dengan operasi pertama berlangsung delapan hingga 10 jam.
"Dia tidak bisa bergerak, dia tidak berdiri atau bangun dari tempat tidur setelah operasi pertama," ungkap sang ibu, Grace. Dalam email kepada ibunya, Leigh juga mengeluh sesak napas, detak jantung yang cepat, dan pingsan.
Namun lima hari kemudian, ia diperbolehkan terbang untuk pulang setelah luka-lukanya yang sempat terbuka dirawat. "Ia turun dari pesawat dengan kursi roda, saya tanya: 'Bagaimana kabarmu, Leigh?' Dia berkata: 'Mengerikan - saya sangat kesakitan, saya tak bisa menggambarkan rasa sakitnya', "katanya. "Ketika saya melihat lubang yang menganga saya tak percaya apa yang saya lihat, saya bisa melihat dalamnya." Grace kemudian menemukan anaknya pingsan di kamarnya keesokan harinya dan meninggal beberapa saat kemudian.
Presiden dari lembaga Australian Society of Plastic Surgeons dan mantan kepala bagian operasi plastik di Royal Melbourne Hospital, Profesor Mark Ashton, sudah meninjau perawatan yang diberikan Leigh di Malaysia untuk penyelidikan.
Ia mengatakan beberapa operasi yang dilakukan Leigh tidak akan pernah dilakukan di Australia, dan perawatan yang ia terima sangatlah tidak memadai. Laporan Pemeriksa menyebutkan Leigh memiliki beberapa luka terbuka yang mengeluarkan cairan, dan perawat menemukan ia kesakitan di kamar hotelnya dengan sepreinya berlumuran darah.
Profesor Ashton mengatakan Leigh akan diperlakukan sebagai pasien "berisiko tinggi" di Australia, bukan berisiko sedang seperti yang dikatakan ahli bedah Malaysia, Dr Nasir Zahari, karena memiliki berat badan 124 kilogram.
Leigh meninggal setelah menderita deep vein thrombosis (DVT), ketika gumpalan darah berpindah dari kakinya ke paru-parunya. DVT biasanya dikaitkan dengan terbang. Namun, Profesor Ashton mencatat lewat otopsi ditemukan penggumpalan darah telah terjadi beberapa minggu saat berada di klinik, sebelum ia terbang.
0 komentar: