Pages

Jumat, 01 Desember 2017

'Mati Dalam Kesendirian' Tren Yang Menimpa Kaum Lansia Di Jepang



Seorang pria 50 tahun yang tidak disebutkan identitasnya, menjadi korban dari kodokushi atau mati dalam kesendirian, sebuah tren yang terus bertumbuh menimpa kalangan lansia di Jepang. Diketahui, pria ini terbaring dan membusuk selama tiga pekan di apartemen kecil di Tokyo, tanpa seorang pun mengetahui dia telah meninggal, seperti dilansir dari AFP.

Kodokushi menjadi masalah yang terus berkembang di Jepang, di mana 27,7 persen dari populasi berusia lebih dari 65 tahun dan banyak orang menyerah mencari pasangan hidup di usia paruh baya. Para ahli menyatakan, kombinasi antara budaya Jepang yang unik, sosial, dan faktor demografi bergabung menjadi masalah serius.

"Di Jepang, keluarga menjadi fondasi dukungan sosial," ungkap Kasuhiko Fujimori, kepala riset di Institut Informasi dan Penelitian Mizuho. "Namun, kondisi itu telah berubah dengan peningkatan orang yang memilih hidup sendiri dan jumlah keluarga semakin mengecil," lanjutnya.

Dalam tiga dekade terakhir, Jepang menghadapi pangsa rumah tangga penghuni tunggal yang tumbuh lebih dari dua kali lipat menjadi 14,5 persen dari total populasi. Kenaikan tersebut terutama didorong pria berusia 50-an dan wanita berusia 80-an atau lebih.

Tingkat pernikahan juga menurun. Para pakar meyakini, banyak pria khawatir pekerjaan mereka terlalu genting untuk menetap dan memulai sebuah keluarga. Selain itu, lebih banyak wanita memasuki dunia kerja merasa tidak membutuhkan suami untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Satu dari empat pria Jepang berusia 50 tahun tidak pernah menikah. Pada 2030, angka tersebut diperkirakan naik menjadi satu dari tiga pria. Sebanyak 15 persen lansia di Jepang hidup dalam kesendirian. Mereka bahkan hanya berbincang satu kali dalam sepekan. Angka itu lebih tinggi dari jumlah lansia yang hidup sendiri di Swedia, Amerika Serikat, dan Jerman yang berkisar 6-8 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar