Korban keisengan dari permainan games online, seorang pria bernama Andrew Finch di Wichita, Kansas, Amerika Serikat (AS) tewas ditembak polisi saat menyerbu rumahnya. Finch yang saat itu menelepon polisi dan memberitahukan bahwa dia baru saja membunuh ayahnya, dan menyandera ibu serta saudaranya.
Wakil Kepala Kepolisian Wichita, Troy Livingston menyatakan, ketika polisi mendatangi rumahnya, Finch tengah memegang sabuk. Khawatir jika dia membawa senjata berbahaya, polisi langsung menembaknya. Namun ternyata Finch tidak memegang senjata apapun. Seisi rumah dan keluarganya juga baik-baik saja, seperti dilansir dari BBC.
Setelah Finch meninggal, barulah polisi menyadari dia hanyalah korban keisengan bernama swatting, yang dikenal di komunitas game online AS, terutama pecinta game perang. Biasanya, para pemain game online perang bakal menghubungi layanan nomor darurat kepolisian. Tujuannya, polisi mengerahkan pasukan khusus (SWAT) di lokasi nomor telepon itu berasal. Pelaku swatting biasanya menyamarkan nomor teleponnya agar tidak terdeteksi.
"Gara-gara sebuah lelucon konyol, sebuah nyawa melayang. Kejadian ini telah menjadi mimpi buruk bagi keluarga korban dan departemen kepolisian kami," ungkap Wakil Kepala Kepolisian Wichita, Troy Livingston.
Livingston melanjutkan, pelaku adalah dua orang yang tengah bermain Call of Duty. Mereka kemudian menekan layanan 911 dan memberi tahu alamat secara acak.
Ibu Finch, Lisa Finch, menyatakan anaknya telah menjadi korban pembunuhan. "Dia sudah berteriak bahwa dia tidak bermain video game dan membunuh ayahnya," kata Lisa dilansir oleh Wichita Eagle.
Polisi kemudian memburu pelaku asli swatting. NBC News via Sky News melansir, polisi Los Angeles menangkap pemuda 25 tahun bernama Tyler Barriss yang dianggap sebagai orang yang menelepon polisi terkait kejadian di Wichita. BBC memberitakan, pada 2015, Barriss sempat ditangkap setelah melontarkan ancaman bom kepada kanal televisi KABC-TV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar