Sebuah film pendek produksi Academy of arts High Institute of Cinema di Mesir menunjukkan kepada kita bahwa miskin dan kaya tidak diukur dari berapa banyak atau sedikitnya uang yang kita miliki, tapi berapa besar kita bisa memberi dan membantu orang lain.
Dalam film ini menceritakan seorang anak miskin sedang berjalan di sekitar stasiun kereta api dengan kondisi sandal yang rusak. Dia tampak kebingungan karena sandal jepit satu-satunya telah rusak. Dia kemudian melihat seorang anak yang tampak memakai sepatu bagus dan mengkilat sedang duduk menunggu kereta bersama kedua orang tuanya. Melihat sepatu bagus tersebut, dalam lubuk hati anak miskin itu, dia menginginkan sepatu seperti itu namun ia tidak mampu membelinya.
Ia hanya bisa memandangnya dari kejauhan sambil meratapi sandal jepitnya yang sudah rusak. Tak lama kemudian kereta datang, dan anak yang memakai sepatu bagus itu naik kereta bersama orang tuanya. Namun ketika naik kereta, salah satu sepatunya malah copot.
Kemudian anak miskin itu membawa sepatunya. Meskipun sangat menginginkannya, ia sadar sepatu itu bukan miliknya dan harus dikembalikan kepada pemiliknya. Saat kereta mulai melaju, anak miskin itu berlari sekuat tenaga untuk menyerahkan kembali sepatu tersebut kepada pemiliknya yang terlihat menunggu di pintu kereta.
Namun sayang, anak itu tidak mampu mengejar kereta tersebut dan ia tampak kelelahan. Pemiliknya merasa iba kepada anak miskin itu hingga kemudian ia melemparkan sepatunya yang satu lagi kepadanya.
Dalam film ini menceritakan seorang anak miskin sedang berjalan di sekitar stasiun kereta api dengan kondisi sandal yang rusak. Dia tampak kebingungan karena sandal jepit satu-satunya telah rusak. Dia kemudian melihat seorang anak yang tampak memakai sepatu bagus dan mengkilat sedang duduk menunggu kereta bersama kedua orang tuanya. Melihat sepatu bagus tersebut, dalam lubuk hati anak miskin itu, dia menginginkan sepatu seperti itu namun ia tidak mampu membelinya.
Ia hanya bisa memandangnya dari kejauhan sambil meratapi sandal jepitnya yang sudah rusak. Tak lama kemudian kereta datang, dan anak yang memakai sepatu bagus itu naik kereta bersama orang tuanya. Namun ketika naik kereta, salah satu sepatunya malah copot.
Kemudian anak miskin itu membawa sepatunya. Meskipun sangat menginginkannya, ia sadar sepatu itu bukan miliknya dan harus dikembalikan kepada pemiliknya. Saat kereta mulai melaju, anak miskin itu berlari sekuat tenaga untuk menyerahkan kembali sepatu tersebut kepada pemiliknya yang terlihat menunggu di pintu kereta.
Namun sayang, anak itu tidak mampu mengejar kereta tersebut dan ia tampak kelelahan. Pemiliknya merasa iba kepada anak miskin itu hingga kemudian ia melemparkan sepatunya yang satu lagi kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar