Memiliki 44 anak di umur 40 tahun, perempuan bernama Mariam Nabatanzi dari desa Kabimbiri di Distrik Mukono, Uganda mendapat gelar sebagai perempuan paling subur. Diusia 12 tahun, Nabatanzi terpaksa menikah dengan pria yang umurnya lebih tua 28 tahun untuk menghindari ibu tirinya yang berusaha membunuhnya. Seteleh menikah sang suami juga kerap menyiksanya jika mengucapkan sesuatu yang tak disukai.
Dilansir Oddity Central, pada 1994 saat berusia 13 tahun, dia melahirkan anak kembar pertamanya. Dua tahun kemudian, dia melahirkan kembar tiga dan dua tahun berikutnya, kembar empat. Bahkan di kehamilan keenamnya, Nabatanzi telah melahirkan 18 orang anak.
Nabatanzi akhirnya pergi ke rumah sakit dan hendak mengikuti program kontrasepsi. Namun setelah menjalani beberapa tes, dokter kandungan memintanya tak melakukan kontrasepsi karena bisa mengancam nyawanya. Dokter Ahmed Kikomeko dari Rumah Sakit Umum Kawempe menjelaskan, tindakan kontrasepsi tidak hanya mengancam sistem reproduksi Nabatanzi, namun juga hidupnya.
Di usia 23 tahun, Nabatanzi telah melahirkan 25 anak. Dia kembali ke rumah sakit dan meminta agar tak lagi punya anak. Namun oleh rumah sakit, dia diberi tahu tak ada yang bisa dilakukan karena sel telur Nabatanzi masih sangat tinggi. Dokter Charles Kiggundu dari Rumah Sakit Mulago Kampala berkata, dia meyakini kesuburan Nabatanzi yang begitu ekstrem merupakan faktor genetik.
Akhirnya di Desember 2016, dia berhenti melahirkan anak setelah dokter "memotong rahimnya" dari dalam dalam proses operasi. Nabatanzi melanjutkan, dia membesarkan anak-anaknya seorang diri. Suaminya disebut hanya mengunjungi satu kali dalam setahun. Charles, putra tertua Nabatanzi menuturkan, jika pulang ayahnya selalu dalam keadaan mabuk dan bersikap sangat kasar.
Dia mengaku tabah menjalani nasibnya setelah bibinya memberi nasihat agar dia tetap mempertahankan pernikahannya dan fokus ke anak-anaknya. Karena itu, dia bekerja apa saja agar bisa memberi makan keluarganya. Selain menjual obat herbal, dia juga bekerja sebagai penata rambut saat pernikahan.
Dilansir Oddity Central, pada 1994 saat berusia 13 tahun, dia melahirkan anak kembar pertamanya. Dua tahun kemudian, dia melahirkan kembar tiga dan dua tahun berikutnya, kembar empat. Bahkan di kehamilan keenamnya, Nabatanzi telah melahirkan 18 orang anak.
Nabatanzi akhirnya pergi ke rumah sakit dan hendak mengikuti program kontrasepsi. Namun setelah menjalani beberapa tes, dokter kandungan memintanya tak melakukan kontrasepsi karena bisa mengancam nyawanya. Dokter Ahmed Kikomeko dari Rumah Sakit Umum Kawempe menjelaskan, tindakan kontrasepsi tidak hanya mengancam sistem reproduksi Nabatanzi, namun juga hidupnya.
Di usia 23 tahun, Nabatanzi telah melahirkan 25 anak. Dia kembali ke rumah sakit dan meminta agar tak lagi punya anak. Namun oleh rumah sakit, dia diberi tahu tak ada yang bisa dilakukan karena sel telur Nabatanzi masih sangat tinggi. Dokter Charles Kiggundu dari Rumah Sakit Mulago Kampala berkata, dia meyakini kesuburan Nabatanzi yang begitu ekstrem merupakan faktor genetik.
Akhirnya di Desember 2016, dia berhenti melahirkan anak setelah dokter "memotong rahimnya" dari dalam dalam proses operasi. Nabatanzi melanjutkan, dia membesarkan anak-anaknya seorang diri. Suaminya disebut hanya mengunjungi satu kali dalam setahun. Charles, putra tertua Nabatanzi menuturkan, jika pulang ayahnya selalu dalam keadaan mabuk dan bersikap sangat kasar.
Dia mengaku tabah menjalani nasibnya setelah bibinya memberi nasihat agar dia tetap mempertahankan pernikahannya dan fokus ke anak-anaknya. Karena itu, dia bekerja apa saja agar bisa memberi makan keluarganya. Selain menjual obat herbal, dia juga bekerja sebagai penata rambut saat pernikahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar