Klinik Akhir Kehidupan di Belanda Ini Banjiran Permintaan
Sebuah klinik bernama Levenseindekliniek atau Klinik Akhir Kehidupan di Belanda mengaku telah kebanjiran permintaan dari luar negeri untuk membantu mengakhiri hidup. Klinik ini mengaku telah menerima sedikitnya 25 permintaan dari luar negeri untuk membantu eutanasia.
Dilansir dari AFP, permohonan tersebut melonjak usai beredarnya kabar yang mengatakan jika klinik itu telah membantu Noa Pothoven, seorang remaja putri berusia 17 tahun untuk mati. Akan tetapi kisah yang menjadi viral itu tidak sepenuhnya benar. Meski Pothoven yang sempat menghubungi klinik itu benar telah meninggal, namun kematiannya bukan melalui eutanasia.
Singkat cerita, Pothoven yang semasa kecil pernah mengalami pemerkosaan, meninggal pada 2 Mei lalu, setelah menolak untuk makan dan minum. Kabar kematiannya telah dikonfirmasi pihak keluarga maupun pemerintah Belanda. Direktur Pengelola Levenseindekliniek, Steven Pleiter, mengatakan bahwa kliniknya tidak bertujuan mengundang turis ke Belanda untuk eutanasia.
Diketahui, Belanda merupakan salah satu dari sedikit negara di dunia yang telah melegalkan eutanasia, di mana secara hukum setiap penduduk berusia lebih dari 12 tahun berhak mengajukan permohonan untuk eutanasia, meski tetap harus memenuhi persyaratan yang ketat. Juru bicara Levenseindekliniek, Elke Swart, mengatakan bahwa klinik itu sesekali menerima permohonan eutanasia dari luar negeri. Dikatakan dalam tujuh tahun terakhir klinik itu telah menerima antara 12.000 hingga 13.000 permintaan eutanasia, dengan sekitar 3.500 telah dikabulkan. Namun klinik itu tidak pernah mengabulkan permintaan dari pemohon berusia di bawah 18 tahun.
















0 komentar: