Seorang mahasiswi berusia 21 tahun di Thailand bernama Panusaya Sithijirawattankul menjadi simbol perjuangan warga. Dengan belasan ribu orang menghadiri sebuah unjuk rasa baru-baru ini tidak jauh dari Grand Palace di Bangkok, Panusaya menyampaikan protes terhadap sistem politik dan kerajaan yang ada saat ini di Thailand. Dilansir dari BBC, Panusaya yang akrab dipanggil Rung, berbicara dalam unjuk rasa terbesar anti-sistem kerajaan sejak tahun 2014 ketika Jenderal Prayuth Chan-O-Cha mengambil alih kekuasaan lewat kudeta.
"Kita memiliki ideologi yang sama, niat yang sama, tujuan yang sama: mengakhiri rezim Prayuth, dan melakukan reformasi terhadap kerajaan, bukankah begitu?" katanya yang disambut meriah oleh peserta unjuk rasa. Hukuman penjara antara tiga sampai 15 tahun mungkin bisa dijalani pegiat muda ini bila dinyatakan bersalah oleh undang-undang yang dalam bahasa Inggris disebut lese majeste law.
Diketahui, gerakan anti monarki yang dipimpin oleh para mahasiswa ini sudah mulai bergerak sejak Juli dengan beberapa unjuk rasa dilakukan tiap minggu. Pemimpin unjuk rasa mulai dengan tiga tuntutan: parlemen dibubarkan, konstitusi diubah, dan diakhirinya penekanan terhadap pegiat oposisi. Setelah raja Thailand yang sekarang berkuasa pada 2016, istana meminta adanya perubahan dalam undang-undang dasar yang memberinya kuasa lebih besar dalam keadaan darurat.
"Politik Thailand tidak berkembang sama sekali, hanya terjadi lingkaran setan. Kudeta, pemilu, kudeta, pemilu," kata Rung. "Bila kita ingin kehidupan lebih baik, harus ada sistem politik yang bagus. Jadi kita harus memperbaiki masalahnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar