Dua Belas Atlet PON Diduga Doping
Wakil I Bidang Organisasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Eman Sumusi mengatakan, hingga saat ini baik Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional (PB PON) maupun pihaknya masih menunggu hasil autentik tes doping yang dibuat di India.
Eman membenarkan bahwa menurut informasi dan laporan dari India ada 12 sampel urine atlet peraih medali PON 2016 Jawa Barat yang terindikasi doping. Namun, pihaknya belum bisa mengamini hal tersebut sampai ada hasil resmi yang dikirimkan kepada PB PON.
"Hasil formalnya belum disampaikan kepada kami. Doping itu kan bersifat rahasia, tapi akhirnya tidak rahasia kalau sudah ada hasil autentiknya atau yang aslinya," kata Eman k, Selasa (29/11).
Hasil itu pun nantinya harus diverifikasi melalui Therapeutic Use Exemptions (TUE) atau catatan konsumsi atlet sebelum menjalani tes.
"Misalnya, ia minum apa dan konsumsi apa untuk menentukan jenis dopingnya. Misalnya atlet ini lagi flu, minum obat apa, ada tidak kandungan zat doping itu di sana?" jelas Eman yang juga Sekretaris Panitia Pengarah dan Pengawas PB PON 2016 itu.
Hingga saat ini, PB PON dan KONI Pusat masih menunggu hasil otentik tes doping dari India. Tapi, hasil yang dikeluarkan Laboratorium Anti-Doping Nasional India masih harus mendapatkan rekomendasi dari WADA (Badan Anti Doping Dunia).
Namun, dalam prosesnya WADA harus memiliki kerja sama dengan lembaga anti doping Indonesia (LADI). Sayangnya, hingga saat ini LADI yang merupakan lembaga bentukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) itu belum menjalankan fungsinya dengan baik.
"Semua akan dikirim dari India tapi di bawah pengawasan WADA. Semua catatan direkam WADA. Jadi, pengiriman hasil otentik ke LADI juga harus kepada lembaga yang mendapat akreditasi dari WADA. Itu yang masih bermasalah," jelas Eman.
Untuk bisa terakreditasi WADA, ada beberapa faktor dan persyaratan yang harus dipenuhi. Sebut saja adanya tenaga ahli yang terakreditasi serta laboratorium yang harus beroperasi dengan target.
"Kami berharap segera (hasil otentik dkirim), ini sudah hampir tiga bulan setelah PON digelar. Barangya juga sudah jadi, tapi belum dapat izin terkait keberadaan WADA dan LADI itu sendiri. Kalau nanti sudah dikirim harus dilunasi pembayarannya ke India," ungkap Eman.
Jika hasil otentik dari sampel A itu sudah dikirim ke PB PON, selanjutnya akan diteruskan ke KONI Provinsi dan atlet terkait untuk memikirkan banding. LADI nantinya akan membuat pengadilan untuk menggelar perkara banding sebelum dikirimkan sampel B atau sampel urine kedua ke India.
India jadi pilihan PB PON untuk mengirimkan sampel urine untuk di tes doping. Alasannya, laboratorium anti doping di India lebih murah dari segi biaya dibandingkan di Thailand maupun China.
Eman mengatakan, dari 9.251 atlet yang mengikuti PON XIX 2016 di Jawa Barat pada 17-29 September hanya 479 sampel urine atlet diambil terutama dari cabang olahraga terukur. Tapi nyatanya, hanya 473 sampel yang bisa dikirim ke India.
0 komentar: