Tolak Nikah, Wajah Wanita Di Iran Ini Disiram Air Keras
10 tahun yang lalu, seorang wanita di Teheran bernama Ameneh Bahrami (26) disiram air keras oleh seorang pria yang ditolaknya. Sehari sebelum kejadian, pria tersebut menghadangnya Ameneh di jalan dan mengancamnya. Sayangnya, Ameneh tidak tahu bahwa dia akan mengalami ancaman itu secara nyata.
"Dia memegang sebuah benda berwarna merah di tangannya," ujar Ameneh yang baru tahu kemudian itu adalah air keras, "Dia memandang kedua mataku dan melempar air keras ke wajahku." Cairan zat asam yang mengguyur wajahnya itu tak hanya membuat kedua mata Ameneh buta dalam waktu 26 detik namun juga membuat wajahnya jadi tidak dikenali karena kerusakan yang disebabkannya.
Dilansir dari The Guardian, diketahui penyerangnya bernama Majid Movahedi adalah seorang pria yang usianya lima tahun lebih muda dari Ameneh. Dia juga pernah menjadi teman sekelas Ameneh di Universitas. Saat kejadian Majid masih berada di sekitar Ameneh yang berteriak meminta pertolongan dan dikerumuni banyak orang. Majid mengamati penderitaan Ameneh dari jarak yang sangat dekat.
Kasus yang dialami Ameneh memicu amarah global. Media Iran berfokus pada upaya Ameneh dalam menuntut keadilan yang luar biasa, yang mencakup setiap putaran dan perubahan dalam kasusnya yang menyakitkan. Namun, 10 tahun berlalu, penyerangnya telah dibebaskan dari penjara dan semakin banyak kasus wanita di Iran menjadi sasaran serangan air keras seperti yang dialami Ameneh.
Setelah penyerangan terjadi, Majid menyerah kepada pihak kepolisian. Hakim yang memimpin kasus ini bermaksud menjatuhkan hukuman mati, namun Ameneh menginginkan Qisas (hukum balasan dalam syariat Islam). An eye for an eye, "Memberi hal serupa padanya seperti apa yang dia beri pada saya," terang Ameneh kepada Pengadilan.
Mata Majid dibutakan satu berdasarkan vonis, meski Ameneh menginginkan kedua mata pria itu juga dibutakan seperti dirinya. Ameneh berusaha memperjuangkan Qisas yang setimpal itu namun rupanya memicu amarah dalam negeri terutama dari pihak aktivis perlindungan HAM. Meski begitu Ameneh dan keluarganya akhirnya diizinkan meneteskan cairan keras ke mata Majid yang satunya namun hal itu jadi menghebohkan dunia dan hukuman itu ditunda.
Pada Juli 2011, Ameneh dan keluarganya pergi ke rumah sakit Pengadilan Teheran di mana Majid dijadwalkan akan dibuat tidak sadar sebelum diteteskan cairan keras ke matanya. "Dia terus memaki saya ketika mereka menyiapkannya di tempat tidur," katanya. "Tidak ada kata penyesalan, tidak ada yang menunjukkan bahwa dia menyesal." Karena buta, Ameneh tidak bisa melakukan hukuman itu dengan tangannya sendiri, tetapi adik laki-lakinya setuju untuk melakukannya. Pada menit terakhir, ketika petugas menghitung mundur, tiba-tiba Ameneh memaafkannya.
0 komentar: