Perempuan Suku Apatani Di India Dilarang Cantik
Perempuan suku Apatani, yang tinggal di Dataran Tinggi Apatani, Arunachal Pradesh, India, dilarang cantik. Mereka, dengan sengaja menguburkan kecantikannya dengan tato wajah berwarna hitam, yang menjulur dari ujung dahi hingga dagu. Yang paling ekstrem, mereka juga memakai penyumbat hidung khusus yang membuat kecantikannya berubah jadi keanehan.
Penyumbat hidung ini disebut Tippei. Berukuran lebih besar dari hidung, tapi pas menyumbat lubangnya. Terbuat dari gumpalan tinta hitam yang dicampur lemak babi dan butiran arang yang halus, Tippei, dipakai para perempuan setiap harinya. Sebentuk "kecantikan" yang tidak biasa. Sebuah "kecantikan" yang menolak tunduk pada definisi aslinya. Perempuan Suku Apatani jelas masih bisa bernafas, karena bahan Tippei memungkinkan untuk itu. Dalam setiap hembus nafas kecil mereka yang tersumbat, ada keyakinan, ada kepercayaan bahwa yang mereka lakukan benar adanya.
Sekarang, tradisi ini memang hampir punah. Larangan pemerintah, efektif memangkas kepercayaan mereka. Tapi, beberapa perempuan berusia sepuh masih mempertahankannya, tak peduli para generasi muda perlahan sudah melupakan tradisi ini--memilih tidak menolak kecantikan yang memang sudah diberikan sebagai anugerah.
Penyumbat hidung ini disebut Tippei. Berukuran lebih besar dari hidung, tapi pas menyumbat lubangnya. Terbuat dari gumpalan tinta hitam yang dicampur lemak babi dan butiran arang yang halus, Tippei, dipakai para perempuan setiap harinya. Sebentuk "kecantikan" yang tidak biasa. Sebuah "kecantikan" yang menolak tunduk pada definisi aslinya. Perempuan Suku Apatani jelas masih bisa bernafas, karena bahan Tippei memungkinkan untuk itu. Dalam setiap hembus nafas kecil mereka yang tersumbat, ada keyakinan, ada kepercayaan bahwa yang mereka lakukan benar adanya.
Sekarang, tradisi ini memang hampir punah. Larangan pemerintah, efektif memangkas kepercayaan mereka. Tapi, beberapa perempuan berusia sepuh masih mempertahankannya, tak peduli para generasi muda perlahan sudah melupakan tradisi ini--memilih tidak menolak kecantikan yang memang sudah diberikan sebagai anugerah.
0 komentar: