Trauma Di Perkosa, Remaja Ini Sengaja Kelaparan Dan Meninggal

Seorang remaja bernama Noa Pothoven yang menjadi terkenal setelah menulis buku berjudul Winnen of Leren, berisi pergumulannya dengan anoreksia, depresi, dan post-traumatic stress disorder akibat pemerkosaan. Dilansir dari AFP, Noa baru-baru ini mengejutkan publik setelah dilaporkan meninggal karena menolak makan dan minum.
Meninggalnya Noa Pothoven dilaporkan bukan kesalahan orangtuanya. Melainkan dia sendiri yang sengaja membuat dirinya kelaparan untuk "membebaskannya dari penderitaan". Sebelumnya, dia mengunggah sebuah status terakhir di Instagram bahwa dia telah "kehilangan gairah untuk hidup". Dalam keterangan tertulis, Menteri Kesehatan Belanda Hugo de Jonge memberikan klarifikasi bahwa remaja berusia 17 tahun itu meninggal setelah meminta eutanasia.
Narasi yang beredar, dia menghubungi Levenseindekliniek di Den Haag yang dikenal khusus melakukan eutanasia. Di klinik itu, Noa sempat meminta kemungkinan melakukan eutanasia. Namun permintaannya ditolak hingga media internasional melaporkan dia sudah dieutanasia. Kabar itu sempat menjadi tajuk utama media di Italia serta viral di Polandia hingga kementerian di Belanda merasa perlu untuk menjernihkan kondisinya.
Diketahui, Belanda merupakan satu dari sedikit negara yang memberi bantuan bunuh diri secara legal bagi warga berusia di atas 12 tahun. Namun eutanasia juga bisa berlaku bagi 12 tahun. Dikutip Daily Mirror, eutanasia bagi usia 12 tahun bisa dilakukan melalui kondisi khusus dan sangat ketat. Seperti kondisi fisik maupun mental pasien sudah tak memungkinkan.
Noa telah mengumumkan niatnya untuk mengakhiri hidup beberapa hari sebelum dilaporkan meninggal di akun Instagram yang kini dikabarkan sudah dihapus. "Saya sempat ragu apakah saya harus membagikan ini. Namun kini saya sudah memutuskannya. Biar saya perjelas: dalam 10 hari ke depan saya akan mati," tulis Noa.
Noa menjadi terkenal setelah meluncurkan buku otobiografi pada 2018 lalu yang mengisahkan pengalamannya bergumul dengan kesehatan mental, dan sempat membuatnya beberapa kali mencoba bunuh diri. Traumanya terjadi ketika di usia 11 tahun, dia mengalami pelecehan seksual. Pada umur 14, dua orang pria memperkosanya di lapangan di kota Arnhem. Dalam buku, dia mengaku sangat takut untuk mengaku kepada orangtuanya.
Pemerkosaan di Swedia, Noa mengklaim tanpa sepengetahuan orangtuanya, dia pergi ke sebuah klinik dan meminta supaya diperbolehkan bunuh diri. Namun permintaannya ditolak. Noa mengaku saat itu klinik memberitahunya bahwa dia masih terlalu muda. Bahkan, klinik sempat menyarankannya untuk mencari pengobatan guna memulihkan trauma.
















0 komentar: