Video: Pria Taiwan Ini Buat Pisau Dari Bahan Peluru Meriam
Dari bahan peluru meriam propaganda China yang pernah menyerang rumahnya sejak 1949, seorang pandai besi Taiwan bernama Wu Tseng-dong atau yang dikenal sebagai "Maestro Wu" berhasil membuat 400.000 pisau. Wu Tseng-dong memiliki bengkel besi di rumahnya di pulau Kinmen yang terletak 3,2 kilometer dari pusat daratan China, yang dibayangi ancaman perang terus-menerus.
Diketahui, Wu lahir tak lama sebelum pemboman terburuk terjadi pada 1958, ketika hampir setengah juta peluru ditembakkan ke Kinmen dan pulau-pulau terdekat lainnya selama periode 44 hari, yang menewaskan 618 orang dan melukai lebih dari 2.600 orang.
Dilansir dari AFP, amunisi masih berjatuhan hingga 1970-an, meskipun pada saat itu amunisi hanya sebagai propaganda dan tidak berisi bahan peledak. Wu memiliki kenangan masa kecil yang jelas saat bersembunyi di tempat penampungan serangan udara bersama keluarganya di malam hari sambil memungut pecahan logam di siang hari.
"Kami mencoba mengambil amunisi sebanyak yang kami bisa, bahkan memanjat pohon untuk mendapatkannya, untuk ditukarkan dengan hadiah kecil. Itu menyenangkan untuk masa kecil kami meskipun kami takut akan serangan udara," ungkap Wu.
Sebagai pandai besi generasi ketiga, Wu belajar cara mencetak logam sejak kecil. Wu mengikuti ayahnya, yang pertama kali mengubah selongsong paluru artileri menjadi pisau, ketika beberapa tentara Taiwan yang ditempatkan di Kinmen mulai meminta pesanan pisau khusus. Sebagian besar pisau Wu terbuat dari amunisi propaganda, yang tidak meledak saat terkena benturan.
Diketahui, Wu lahir tak lama sebelum pemboman terburuk terjadi pada 1958, ketika hampir setengah juta peluru ditembakkan ke Kinmen dan pulau-pulau terdekat lainnya selama periode 44 hari, yang menewaskan 618 orang dan melukai lebih dari 2.600 orang.
Dilansir dari AFP, amunisi masih berjatuhan hingga 1970-an, meskipun pada saat itu amunisi hanya sebagai propaganda dan tidak berisi bahan peledak. Wu memiliki kenangan masa kecil yang jelas saat bersembunyi di tempat penampungan serangan udara bersama keluarganya di malam hari sambil memungut pecahan logam di siang hari.
"Kami mencoba mengambil amunisi sebanyak yang kami bisa, bahkan memanjat pohon untuk mendapatkannya, untuk ditukarkan dengan hadiah kecil. Itu menyenangkan untuk masa kecil kami meskipun kami takut akan serangan udara," ungkap Wu.
Sebagai pandai besi generasi ketiga, Wu belajar cara mencetak logam sejak kecil. Wu mengikuti ayahnya, yang pertama kali mengubah selongsong paluru artileri menjadi pisau, ketika beberapa tentara Taiwan yang ditempatkan di Kinmen mulai meminta pesanan pisau khusus. Sebagian besar pisau Wu terbuat dari amunisi propaganda, yang tidak meledak saat terkena benturan.
0 komentar: