Facebook Twitter RSS
banner

Prilaku Berkendara Masih Rendah, Presiden Harus Turun Tangan



MODCOM, Jakarta - Kekusutan berlalu lintas tidak hanya membelit kota metropolitan Jakarta ataupun kota-kota besar lainnya di Tanah Air. Warga kota kecil setingkat kabupaten juga sudah mulai berteriak rendahnya berlalu lintas pengendara kendaraan bermotor. “Penyebabnya infrastruktur yang terbatas memicu prilaku berkendaraan yang tidak aman,” kata Jusri Pulubuhu, praktisi safety driving kepada MODCOM.



Pria yang sehari-hari sebagai founder dan lead instructor di JDDC ( Jakarta Defensive Driving Consulting) ini melihat prilaku berkendara pada 2017 tidak semakin baik bukan karena persoalan minimnya infrastruktur semata saja. Kemudahan pabrikan mobil dengan produk mobil murah, menurut Jusri, makin meningkatkan kekeruhan di jalan raya. “Menurut saya, ini sudah darurat nasional,” tegas Jusri.



Untuk mengatasi “kekeruhan” dalam berlalu lintas ini, Pemerintah dalam hal ini Presiden, harus turun tangan dengan menerbitkan Peraturan Presiden. “Soal keselamatan berkendara ini tidak cukup diserahkan kepada Polri. Instansi ini sudah memikul beban berat dengan mengurusi soal kejahatan seperti korupsi, narkoba, perampokan, teroris dan sebagainya. Presiden harus turun tangan membentuk lembaga independen yang khusus menangani masalah ini,” kata Jusri.



Ya, sejak kampanye “Dekade Aksi Keselamatan Jalan” yang diserukan Wakil Presiden Budiono pada 20 Juni 2011, angka korban kecelakaan tidak berubah significan. Dua minggu pada bulan puasa lalu, tercatat 1000 orang meninggal di jalan. Dampak kecelakaan ini sudah mencatat angka kerugian ekonomi mencapai Rp. 220 triliun.



Dengan gerakan nasional yang dipimpin langsung oleh Kepala Negara, menurut Jusri, angka kecelakaan dapat ditekan. Setidaknya, presiden dapat instansi terkait untuk bersama-sama melakukan tindakan nyata melakukan penyadaran berkendara dengan selamat.

Selama ini gerakan yang banyak digencarkan Polri melalui program Pelopor Keselamat Berlalu Lintas, menurut Jusri, masih bersifat seremonial. Makanya sebagai bagian dari masyarakat yang peduli tentang keselamatan berlalu lintas, JDDC tidak hanya sekadar mengajarkan cara berkendara yang baik dan benar, tetapi lebih jauh juga mengajarkan materi safety driving secara komplet. “90% klien JDDC adalah perusahaan-perusahaan yang peduli terhadap keselamatan berkendara bagi karyawannya. Makanya, mereka minta kami melakukan sertifikasi terhadap keselamatan berkendara buat karyawannya. Kalau karyawannya belum bisa menjalankan program keselamatan berkendara, mereka tidak memberi ijin mengendarai kendaraannya,” beber Jusri. Nah, siapa menyusul?

SHARE THIS POST

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati
Author: admin
Lorem ipsum dolor sit amet, contetur adipcing elit, sed do eiusmod temor incidunt ut labore et dolore agna aliqua. Lorem ipsum dolor sit amet.

0 komentar:

Popular Posts